Senin, 01 Oktober 2012

Habitat Mikroorganisme


Pada umumnya biomassa kebanyakan kelompok mikroorganisme menurun jumlahnya dengan meningkatnya kedalaman tanah, kecuali pada gambut.
Tabel 1. Distribusi mikroorganisme dalam horison dari suatu propil tanah
Kedalaman (cm)Organisme/g tanah x 103
Bakteri aerobBakteri anaerobActinomycetesFungiAlgae
3 – 87.8001.9502.08011925
20 – 251.800379245505
35 – 404729849140,5
65 – 75101560,1
135 – 14510,4-3-
Secara umum, aktivitas mikroorganisme dalam suatu profil tanah sangat ditentukan oleh ketersediaan substrat energi dan unsur hara anorganik. Disamping itu pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme ditentukan oleh sifat fisik dan kimia tanah.
Sifat fisik dan kimia tanah yang berpengaruh:
Fisik         : Temperatur, tekanan osmotik, tegangan permukaan, radiasi, kekentalan(viscosity), fenomena adsorpsi.
Kimia       : Air, pH, kualitas dan kuantitas hara organik dan anorganik, udara, senyawa pendorong dan penghambat pertumbuhan, oksidasi dan reduksi.
Setiap spesies m.o mempunyai persyaratan tertentu untuk pertumbuhannya dan jika lingkungannya tidak sesuai, pertumbuhan atau aktivitasnya akan menurun sehingga mempengaruhi total populasinya.
Temperatur, mempengaruhi kecepatan semua proses yang terjadi di dalam mikroorganisme Denaturasi enzim merupakan pembatas bagi temperatur maksimum, ini sangat bevariasi diantara mikroorganisme sehingga mikroorganisme berbeda-beda akan kebutuhannya terhadap temperatur (maksimum, minimum & optimum) untuk prtumbuhannya. Berdasar temperatur mikroorganisme terbagi atas golongan psikrofil (<50C optimum serupa mesofil), mesofil (optimum antara 250C dan 370C) dan termofil (optimum antara 550C dan 650C) .
Tekanan osmotik, pada umumnya mikroorganisme mempunyai daya adaptasi yang cukup terhadap tekanan osmotik dari lingkungan hidupnya.  Protoplasma m.o yang normal mempunyai kadar solute yang lebih tinggi dari tekanan osmotik lingkungan hidupnya. Kedaan ini menyebabkan kecenderungan air masuk ke sel, sehingga turgor sel dapat dipertahankan.
Tegangan permukaan, hal ini berkaitan dengan kelembaban dimana distribusi mikroorganisme dalam tanah tidak merata dan terutama terdapat pada bagian organik dari partikel tanah yang mengandung cukup air. Dalam hal ini bahan organik sebagai sumber nutrien dan air berfungsi dalam metabolisme mikroorganisme (transpor nutrien dari luar sel ke dalam sel dan untuk proses metabolisme). Di dalam tanah, mikroorganisme umumnya aktif pada kelembaban > 15 bar (kapasitas lapang 1/3 bar, titik layu 15 bar). Beberapa mikroorganisme yang termasuk fungi dan khamir dapat tumbuh pada tekanan 70 bar.
Fenomena adsorpsi, partikel liat sering berukuran sama dengan ukuran bakteri, bahkan liat bisa lebih kecil. Bakteri dan liat mempunyai muatan sehingga keduanya dapat berinteraksi, sebab muatan pada sel dan liat terpolarisasi atau diperantarai oleh ion metal.
  • Air, mempengaruhi aktivitas mikroorganisme sebab air merupakan komponen utama dari protoplasma.  Air yang berlebih akan membatasi pertukaran gas sehingga menurunkan suplay O2, lingkungan akan menjadi anaerob.
  • pH,  mempengaruhi tidak saja aktivitas mikroorganisme tetapi juga keragaman spesiesnya. Aktivitas enzim mikroba tergantung kepada ion H+, oleh karena itu pH tanah mempengaruhinya. Contoh Streptomyces (Actinomycetes) tidak akan tumbuh pada pH < 7,5.  Pada umumnya kebanyakan m.o tumbuh optimum pada kisaran pH 6 – 8.  Meskipun demikian mikroorganisme juga masih dapat tumbuh dengan baik diluar kisaran pH tersebut. Fungi umumnya lebih tahan terhadap pH masam, bakteri belerang dapat tumbuh pada pH 0 – 1, sebaliknya Actinomycetes sangat peka terhadap pH < 5.
  • Nutrien (hara), berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme sebab didalam proses sintesa protein (enzim), mikroorganisme dapat terpengaruh oleh kondisi tersedianya nutrien. Terjadinya perubahan nutrien dapat menyebabkan perubahan komponen sel (RNA), protein dan kecepatan tumbuh (medium kaya, medium miskin). Bahan organik dan unsur hara esensial merupakan bahan yang diperlukan didalam proses metabolisme mikroorganisme tanah.  Kecepatan mikroorganisme tanah dalam menggunakan bahan organik jika kondisi lingkungan sesuai maka dengan naiknya kadar bahan organik di dalam tanah makin besar pula kecepatan dekomposisinya.
Disamping sifat fisik dan kimia tanah, faktor biologi juga mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, seperti interaksi antara mikroorganisme dan pengaruh tumbuhan tingkat tinggi.
  1. Interaksi antara mikroorganisme
  • Netralisme: tidak terpengaruh satu dengan yang lain. Ex. Lactobacillus dan Streptococcus.
  • Kompetisi : 2 populasi saling berkompetisi untuk memperoleh sumber makanan yang serupa dalam wadah yang sama. Ex. Kompetisi antara inokulum Rhizobium dengan strain Rhizobium yang terdapat di dalam tanah.
  • Mutualisme: 2 populasi yang saling mempengaruhi dan menguntungkan satu dengan yang lain. Jika hidup terpisah keduanya kurang dapat atau tidak dapat mempertahankan diri. Ex. Simbiosis antara bakteri penambat N dengan bakteri fotosintetik (Lactobacillus arabinosus dan Streptococcus faecalis). Simbiosis antara jamur dan ganggang yang disebut Lichenes. Rhizobium dengan leguminose.
  • Komensalisme: Interaksi yang positif bagi salah satu populasi, dimana satu spesies mendapat keuntungan sedangkan spesies lain tidak dirugikan. Spesies yang untung disebut komensal, spesies yang memberi keuntungan disebut hospes (inang). Komensal tidak dapat hidup tanpa hospes. Ex. Chlorella dapat mendukung pertumbuhan Pseudomonas. Saccharomyces dengan Acetobacter, dimana Saccharomyces menghasilkan alkohol yang mutlak bagi Acetobacter.
  • Amensalisme (antagonisme): Interaksi dimana salah satu populasi terhambat sedangkan populasi lain dalam asosiasi tersebut tidak terpengaruh. Ex. Antibiotik yang dihasilkan oleh suatu kultur menghambat kultur lain. Streptococcus lactis yang menghasilkan asam susu akan menghambat pertumbuhan Bacillus subtilis. Spesies yang terhambat pertumbuhannya disebut amensal dan yang menghambat disebut antagonis.
  • Sinergisme: 2 spesies hidup bersama dan saling menguntungkan. Ex. Ragi untuk membuat tape yang terdiri atas beberapa spesies (Aspergillus, Saccharomyces Candida, Hansenula, Acetobacter). Masing-masing spesies mempunyai kegiatan sendiri sehingga amilun berubah menjadi gula, menjadi asam organik, alkohol dll.
  • Parasitisme: Hanya menguntungkan satu pihak. Ex. Virus yang merupakan parasit pada bakteri. Virus tidak dapat hidup diluar bakteri atau sel hidup lain.
  • Predatorisme: Pemangsa. Ex. Amuba merupakan pemangsa (predator) bakteri. Predator tidak dapat hidup tanpa mangsa.
Meskipun demikian, bentuk hubungan seperti di atas sering tidak jelas, sebab ada bentuk hubungan satu yang merupakan suatu fase untuk berubah menjadi bentuk hubungan yang lain. Ex. Mutualisme pada lichenes dapat berubah menjadi parasitisme.
  1. Pengaruh tumbuhan tingkat tinggi
Lingkungan hidup di daerah sistem akar yang disebut rhizosfer, pada daerah ini kegiatan biolgi paling aktif.  mikroorganisme tidak hanya tumbuh baik pada rhizosfir tetapi juga pada permukaan akar dan bagian tanah yang melekat pada permukaan akar (rhizoplane)
Tampaknya akar tanaman sangat mempengaruhi kegiatan bakteri dibandingkan fungi. Bakteri gram negatif sangat dipengaruhi oleh perakaran. Bakteri gram positif menurun jumlahnya didaerah perakaran.
Pengaruh perakaran terhadap fungi bersifat selektif. Ex. Tumbuhan pisang menghambat pertumbuhan miselium dan spora dari Fusarium oxysporum.
Mikroorganisme di daerah perakaran terjamin hidupnya karena eksudat yang dihasilkan oleh akar tanaman Ex. Asam amino, asam organik (asetat, laktat, butirat, fumarat, glikolat dll), karbohidrat (arabinosa, fruktosa, galaktosa, maltosa dll), faktor tumbuh (biotin, inositol, nikotinat dll), ensim (amilase, fosfatase, dan protease) dan senyawa lain termasuk sisa-sisa akar yang mati. Ex. Kapas menghasilkan inositol, Jagung menghasilkan fosfatase dan protease. Bahan-bahan tersebut berfungsi sebagai sumber energi, karbon, nitrogen dan faktor tumbuh bagi mikroorganisme tanah.
Perlu diketahui pula bahwa akar tanaman tertentu dapat pula menghasilk- an agensia penghambat pertumbuhan mikroorganisme (ex. Penghambat kegiatan bakteri nitrifikasi).
Mikroorganisme di daerah rhizosfer dapat juga mempengaruhi pertumbuhan  tanaman baik + maupun  ̶- .  Pembentukan CO2 dan asam organik dan anorganik di daerah perakaran oleh m.o dapat berfungsi melarutkan nutrien anorganik bagi tanaman. Namun kompetisi akan O2 oleh mikroorganisme aerob dan juga pembentukan CO2dapat mempengaruhi petumbuhan akar sehingga mengakibatkan kecepatan pengambilan nutrien  dan air terhambat.
Beberapa mikroorganisme dapat memperbaiki ketersediaan fosfat bagi tanaman, yaitu dengan melarutkan senyawa yang mengandung fosfat (VAM, Pseudomonas putida, Bacillus megatherium) yang melepaskan orthofosfat dari P-organik atau anorganik.
Asimilasi Mn, Fe, Zn dan K oleh tumbuhan juga menjadi lebih baik dengan adanya pertumbuhan bakteri heterotrof.
Beberapa bakteri melakukan asosiasi simbiotik dengan tumbuhan (ex. Bakteri bintil akar “Rhizobium”).
Pelarutan P oleh mikroorganisme karena adanya asam-asam yang dihasilkan (ex.asam  α-ketoglukonat oleh bakteri dan asam sitrat dan oksalat oleh fungi).
Peranan mikroorganisme dalam pengelolaan tanah
Produktivitas tanaman sangat erat kaitannya dengan kemampuan tanaman dalam menyerap air dan unsur hara secara efisien dari tanah.  Kegiatan akar ditentukan oleh suatu kumpulan proses biologi terpadu. Oleh karena itu pendekatan bioteknologi yang memanfaatkan mikroorganisme  merupakan pendekatan baru dalam mengatasi berbagai masalah yang tidak dapat dipecahkan secara efisien dengan menggunakan teknologi yang ada saat ini.
Pemanfaatan mikroorganisme menawarkan teknik-teknik yang memungkinkan untuk memantapkan agregat tanah, meningkatkan serapan unsur hara, mengendalikan patogen dalam tanah dan mempercepat pelapukan limbah organik padat tanpa menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan.
a. Mikroorganisme pemantap agregat
Stabilitas  agregat pada umumnya meningkat dengan makin banyaknya jumlah mikroorganisme (Lynch,1987).  Hal ini dapat dilihat dari penambahan jumlah bakteri (Azotobacter chroococcum dan Pseudomonas sp.) dan ragi (Lypomyces starkeyi) yang ternyata meningkatkan stabilitas agregat  terhadap kekuatan air.  Sebaliknya tanah yang ditambah jenis jamur (Mucor hiemalis) menunjukkan hasil yang berbeda.
Pada jumlah penambahan yang sama, jamur justru menurungkan stabilitas agregat.  Mekanisme ini belum jelas namun suatu hipotesis yang diajukan untuk menerangkan hal tersebut.  Pada kondisi alamiah suatu populasi m.o mengikat pertikel tanah, peningkatan jumlah mikroorganisme mendorong terbentuknya perekatan (cementation) petikel tersebut.  Dengan adanya jamur perekatan ini tidak terjadi, karena hifa jamur akan menghalangi kontak antara partikel tanah dengan bakteri disekelilingnya.  Namun dalam kondisi yang lain, hifa jamur dapat melindungi agregat primer yang dibentuk oleh perekatan bakteri untuk membentuk agregat sekunder.  Di alam,bahan perekat yang dijumpai jarang yang berupa mikroorganisme  saja, tetapi umumnya berkombinasi dengan ikatan asam organik (Hillel, 1982).
b. Mikroorganisme pendorong serapan hara
Pemanfaatan mikroorganisme tanah untuk meningkatkan efisiensi serapan hara oleh akar tanaman pada umumnya melalui peningkatan kelarutan unsur hara yang dibutuhkan tanaman baik yang berasal dari pupuk maupun yang berasal dari mineral tanah dan atau peningkatan kemampuan akar menyerap hara.  Hal ini berkaitan dengan bakteri pelarut hara dan yang berkaitan dengan jamur mikoriza.
Pseudomonas sp. dan Bacillus sp. adalah jenis bakteri yang mampu meningkatkan kelarutan fosfat dalam tanah. Namun menurut Lynch (1983) jenis yang pertama mampu mengakumulasi nitrit, sehingga dapat meracuni tanaman.  Pseudomonas fluorescens-putida mampu membentuk koloni di rhizosfer dengan cepat sehingga dapat meningkatkan hasil kentang, bit gula dan lobak sebanyak 144 %.  Pada tanaman kedelai kombinasi antara Pseudomonas putida dan Azospirillum sp. meningkatkan serapan N dan P. Pemberian bakteri pelarut fosfat juga meningkatkan laju pertumbuhan bibit lamtoro, meningkatkan ketersediaan fosfat pada tanah ber pH tinggi >7 dan kadar P tanah tersedia tinggi (95 ppm).
Bacillus sp. mampu meningkatkan serapan P tanaman pinus 1,5 kali pada tanah yang tidak dipupuk dan > 8 kali lipat pada tanah yang dipupuk dengan trikalsium fosfat.  Mikroorganisme tertentu juga dapat meningkatkan kelarutan sulfat, mangan, besi dan silikat.  Jenis bakteri yang terlibat dalam pelarutan masing-masing unsur dapat dilihat pada Tabel 2.
Jamur mikoriza, mampu memperbaiki nutrisi tanaman seperti P dan unsur mikro Zn, Cu, dan Fe.  Hal ini terjadi melalui percepatan pertumbuhan akar dengan adanya  simbiosis jamur tersebut.  Namun demikian pada kenyataannya, masih
Tabel 2. Beberapa jenis bakteri yang berperan penting dalam proses pelepasan unsur hara dalam tanah.
Unsur haraReaksiJenis bakteri
MnFe
S
Si
OksidasiOksidasi
Reduksi
Oksidasi
Alterasi
Corynebacteriumsp.Pseudomonassp.
Citrobacter freundii
Leptospirillum sp
Thiobacillus ferroxidans
Desulfovibrio desulfuricans
T. ferroxidans
Sulfolobus spp
Arthrobacter
Bacillus
Nocardia
Pseudomonas sp.
sulit mengembangkan jamur mikoriza VA dalam biakan, sehingga sebagian besar aspek genetiknya belum dapat diketahui.  Jamur mikoriza sangat peka terhadap pH tanah, sehingga pemanfaatannya secara efektif perlu disertai pengapuran.  Serapan P bibit tanaman kakao dan kelapa sawit meningkat dengan adanya jamur mikoriza VA

Senin, 10 September 2012

Produk Nasa untuk budidaya LeLe

Produk Nasa Untuk Ternak LELE sebagai berikut:

  1. POC Nasa
  2. Viterna
  3. Hormonik
Campuran Produk diatas:
1 Botol Viterna + 3 Tutup Botol POC NASA + 1 Tutup Botol Hormonik
Penggunaan Campuran Produk Nasa
1 Tutup Botol Campuran diatas dilarutkan dengan 1 Liter Air lalu semprot pada pakan Lele
Kebutuhan Pakan 8000 Lele
- Menggunakan Produk Nasa Menghabiskan 1kg/hari pertumbuhan lebih cepat.
- Sebelum Menggunakan Produk Nasa Menghabiskan 2kg/hari
Ukuran Lele 20 hari
- Sebelum Memakai Produk NASA ukuran TERBESAR 7-9cm
- Setelah memakai produk NASA ukuran TERKECIL 7-9cm
Angka Kematian Pada Umur 20 Hari
- Sebelum memakai produk NASA mencapai 10%
- Setelah memakai produk NASA mencapai 1%

Minggu, 09 September 2012

Cara Pembiakan Bakteri EM4

Cara Pembiakan Bakteri EM4 - Bagi rekan-rekan petani yang ingin menghemat biaya untuk pembelian EM4, rekan bisa mengembangbiakan bakteri tersebut sendiri di rumah, sehingga bila kebutuhan akan pupuk organik cukup banyak dikarenakan luas lahan yang besar maka akan segera terpenuhi tanpa biaya tambahan.


Sebenarnya cara pengembangbiakan bakteri ini cukup banyak cara yang bisa kita lakukan, dibawah ini saya coba 1 cara yang cukup mudah dan simpel untuk pengembangan bakteri EM4.

Sebelum ke tahap lebih lanjut silahkan rekan sediakan bahan untuk prakteknya diantaranya :
  • 1 liter bakteri yang akan diperbanyak
  • Siapkan sedikitnya 3 kg bekatul (jangan sampai kurang)
  • Siapkan ¼ kg gula merah bila tidak ada bisa pakai gula pasir atau tetes tebu, salah satu aja
  • Siapkan ¼ kg terasi
  • Siapkan 5 liter air
Setelah semua bahan diatas tersedia, kini rekan harus menyiapkan bahan untuk media pembiakan, diantaranya :

  • Ember plastik
  • Pengaduk atau centong
  • Panci untuk pemasak air
  • Botol plastik atau kaca penyimpan 
  • Siapkan Saringan dari kain atau kawat kasa
Bila bahan sudah semua terkumpul kini waktunya kita membuat adonan, rekan bisa memulai dengan poin- poin sebagai berikut :

  • Air yang  5 liter tadi dimasak sampai benar-benar mendidih.
  • Setelah air mendidih rekan bisa memasukkan terasi, bekatul dan gula, untuk yang memakai gula merah harus dihancurkan dulu sampai halus, lalu aduk adonan hingga rata.
  • Setelah adonan benar-benar rata lalu dinginkan sampai benar-benar dingin, bila tidak benar-benar dingin, adonan justru akan membunuh biang bakteri yang akan kita biakkan.
  • Bila sudah benar-benar dingin Mulai masukkan bakteri dan aduk adonan sampai benar-benar rata. Lalu ditutup rapat selama 2 hari dua malam.
  • Mulai hari ketiga tutup agak dilonggarkan dan diaduk rutin setiap hari sekitar 10 menit.
  • Bola sudah jadi yaitu sekitar 3-4 hari bakteri hasil pengembangan ini sudah bisa diambil dengan disaring memakai saringan, kemudian disimpan dalam botol yang sudah kita sediakan tadi, usahakan jangan ditutup terlalu rapat, atau biarkan saja botol terbuka, ini dimaksudkan agar bakteri tetap mendapatkan oksigen yang baik.
  • Tahap terakhir, botol bakteri tersebut siap untuk digunakan untuk membuat kompos atau pupuk cair maupun pupuk hijau.
Ampas hasil saringan jangan dibuang karena dapat kita gunakan lagi untuk membiakkan tahap selanjutnya, kita tinggal menyiapkan air kurang lebih 1 liter lalu menambahkan air matang dingin dan gula.

Resiko Terserang Penyakit Benih Lele

Resiko Terserang Penyakit Benih Lele Bila Tidak menyimak 4 Poin Ini - Artikel kali ini melanjutkan artikel yang kemarin tentang Menjaga Keasaman Air Kolam Ikan Lele, maka kali ini apa saja resiko bila kita mengabaikan keasaman air kolam dan penyebab lainnya yang bisa menimbulkan ikan lele terserang penyakit.

Dibawah ini beberapa poin penting yang harus kita perhatikan bila kita mengabaikan keasaman air kolam, suhu kolam, amonia dan oksigen.

Benih lele sakit
Benih Terserang Penyakit (Foto Enus Lele kiriman Teh ryri Tangsel)



1. Ph Air Kolam Lele
Bila Ph atau derajat keasaman air tinggi maka yang akan terjadi yaitu :
  • Benih ikan lele akan stres serta mengeluarkan lendir berlebihan
  • Amonia pada Ph terlampau tinggi akan menjadi racun serta dapat menyebabkan kematian pada benih ikan sedangkan amonia pada Ph rendah ini tidak akan mematikan ikan
Keterangan :
  • Ph yang normal pada air adalah = 7.
  • Bila Ph diatas 7 adalah BASA.
  • Bila Ph dibawah 7 Adalah ASAM
  • Bakteri atau varasit akan mudah berkembang biak bila kondisi air berada di bawah Ph 7
  • Bakteri atau varasit susah untuk berkembang biak bila kondisi ph berada diatas 7
  • Nilai Ph untuk ikan lele yaitu 6-9, ini berarti toleransi pada keadaan BASA menjadi lebih tinggi dari keadaan ASAM.
 2. Suhu Air Kolam Lele
  • Suhu yang tinggi dapat menurunkan kandungan oksigen terlarut kedalam air, sedangkan benih lele sangat membutuhkan oksigen banyak yang akhirnya benih lele jadi sering mengambil oksigen ke permukaan, sudah jelas bila benih lele sering naik ini berarti menambah gerak dari benih tersebut sehingga ikan akan memproduksi kotoran lebih banyak.

3. Amonia

  • Perlu diketahui amonia berasal dari kotoran benih juga dari sisa pakan yang tidak habis, Amonia yang terlalu tinggi ini dapat menyebabkan ikan stres dan keluarnya lendir terlalu banyak sehingga dapat menyebabkan luka nah luka ini dapat menumbuhkan bakteri atau parasit pada benih, apalagi bila insang yang terkena luka atau bengkak ini akan menyebabkan penyerapan oksigen dari insang berkurangyang akibatnya menurunkan kemampuan darah mengangkut oksigen dan ikan pun akan sulit bernapas bila sudah begitu ikan akan menjadi lemas yang akhirnya TEWAS.

4. Oksigen terlarut dalam air yang kurang , mungkin yang ini ga perlu dijelaskan karena rekan budidaya juga sudah tau.

Pakan Tambahan Cair Organik Ikan Lele

Pakan Tambahan Cair Organik Ikan Lele - Untuk rekan budidaya lele yang ingin sedikit mengirit bahan pakan pabrikan, rekan budidaya bisa menggunakan Pakan tambahan Cair Organik buatan kita sendiri dengan memanpaatkan bahan-bahan disekitar lingkungan kita.


Oke kita langsung saja ke cara pembuatan pakan Tambahan cair organik untuk ikan lele, adapun bahan yang harus rekan budidaya lele sediakan adalah sebagai berikut :

1. Kotoran hewan sebanyak 10 KG (bisa menggunakan kotoran sapi atau kambing bisa juga kohe kerbau)
Kohe pakan organik lele
Kohe

2. Batang pisang (gedebog) dicacah sebanyak 2kg atau disesuaikan saja banyaknya
Gedebog pisang pakan lele
Gedebog Pisang

3. Jerami padi kering dicacah (banyaknya disesuaikan saja)
Jerami padi
Jerami Padi

4. Dedak halus sebanyak 5kg

Dedak Pakan alternatif
Dedak Halus

5. Tumbuhan air (bisa berupa azolla atau eceng gondok atau kayambang) di cacah  (banyaknya disesuaikan saja
azolla pakan alternatif
Azzolla

6. Gula putih sebanyak 1kg (dicairkan terlebih dahulu)
Gula pakan ikan lele
Gula Putih

7. Probiotik ikan 1/2 liter
Probiotik lele
Probiotic


Adapun cara meramu bahan pakan cair organik untuk lele di atas adalah sebagai berikut :
  1. Bahan pakan cair organik nomor satu (1)sampai dengan nomor 5 dicampurkan semuanya sampai merata
  2. Masukan campuran bahan tadi kedalam wadah (bisa ember atau tong plastik)
  3. Gula yg sudah dicairkan (sudah dingin) campurkan dengan probiotik ikan yang sudah kita sediakan, aduk sampai rata.
  4. Siramkan campuran cairan gula dan probiotic tadi ke bahan campuran yang sudah ada di dalam wadah secara merata dan aduk kembali. 
  5. Tutup rapat wadah tersebut, usahakan untuk memberikan pentilasi udara agar gas yang ada pada bahan yang ada dalam wadah bisa terbuang (bisa menggunakan selang kecil atau dibolongi di bagian atas dengan diameter 1,5 cm atau lihat gambar tutup tong di bawah)
  6. Simpan adonan bahan pakan tambahan cair organik untuk ikan lele tadi selama 1 minggu.

tong pupuk cair pakan lele
Permentasi dalam tong plastik

Setelah semua persiapan di atas selesai dan bahan pakan tambahan cair organik telah kita simpan kini saatnya kita membuat kolam untuk pematangan hasil permentasi bahan di atas, ukuran kolam yang ideal untuk pematangan bahan tadi yaitu 1 x 3m x 50cm atau bisa juga ukuran 2 x 4m bahan kolam bisa menggunakan terpal atau kolam tembok.

pada persiapan kolam untuk bahan pupuk organik cair pakan lele ini kita isi dengan air sampai ketinggian 40 cm dan kita tabur dengan probiotik ikan sebanyak 1/2 liter. setelah permentasi bahan akan cair organik lele dalam tong mencapai 1 minggu maka kita taburkan semuanya kedalam kolam tadi dan kita biarkan lagi selama 3 minggu.

biasanya setelah mencapai 3 minggu maka akan tumbuh hewan kecil dalam kolam seperti jenitik kutu air dan lain sebagainya, bila hewan kecil tersebut sudah tumbuh maka itu menandakan bahwa pakan alternatif pupuk cair ikan lele sudah siap kita berikan. Adapun untuk cara pemberiannya yaitu dengan mengambil airnya sebanyak 5-10liter setiap 3 hari sekali untuk pakan lele budidaya.

Senin, 06 Agustus 2012

Alternatif membuat pupuk NPK

Salam Tani !! Maspary selalu mengajak kepada para rekan-rekan petani untuk selalu belajar hidup mandiri. Selalu belajar mencari bahan disekitar kita untuk mendukung kegiatan pertanian yang sedang kita lakukan. Selalu mencari solusi termurah dan termudah terhadap saprodi yang kita perlukan. Oleh karena itu Gerbang Pertanian kali ini akan mengulas sedikit cara membuat NPK sendiri.
Kita ketahui bersama selain pupuk NPK harganya mahal apalagi yang tidak bersubsidi (NPK Mutiara, NPK BASF dan NPK Hydro), juga terkadan NPK bersubsidi kalau sedang kita butuhkan sulit didapatkan dikios-kios. Yah……. namanya barang bersubsidi, kadangkala dijadikan sebagai bahan permainan para pedagang. Walaupun terkadang sangat merugikan petani (barang langka dan harga diatas HET).
Artikel cara membuat pupuk NPK sendiri yang akan saya sampaikan merupakan cara menghitung/ mengkombinasi pupuk Urea, SP36 dan KCl sehingga mempunyai kandungan NPK sesuai dengan yang kita inginkan. Pupuk NPK di pasaran mempunyai kandungan berbagai macam, 15:15:15 (NPK Ponska ), 16:16:16 (NPK Mutiara), 20:10:10 (NPK Pelangi) dan lain sebagainya.
Cara membuat pupuk NPK sendiri:

Rabu, 01 Agustus 2012

Membuat Pupuk KCl sendiri dengan Sabut Kelapa

Sabut kelapa selama ini biasanya dipergunakan sebagai bahan bakar/ untuk memasak kebutuhan dapur. Tetapi dibalik itu sabut kelapa mengandung bahan-bahan yang bisa dimanfaatkan tumbuhan untuk memperkuat sistem perakaran.
Berikut ini cara membuat pupuk cair sabut kelapa :
Bahan dan alat
  • Sabut kelapa sebanyak 25 kg
  • Satu drum bekas atau bisa juga wadah serupa lainnya
  • Air sebanyak 40 liter
Cara pembuatan
  • Sabut kelapa yang telah dibersihkan dimasukkan ke dalam drum bekas
  • Tuangkan air ke dalam drum hingga separuh terisi
  • Drum rendaman sabut kalapa harus ditutup rapat, agar tidak kemasukan air hujan atausinar matahari langsung
  • Diamkan rendaman itu kurang lebih 15 hari
  • Jika air rendaman sudah berubah warna menjadi kuning kehitaman, berarti pupuk cairdari sabut kelapa sudah jadi dan siap digunakan
Cara Penggunaan KCL sabut kelapa
  • Pupuk cair diberikan dua kali dalam satu musim tanam
  • Pertama sebagai pupuk dasar sebelum lahan ditanami atau pada fase pengolahan tanah
Kedua pupuk diberikan setelah padi memasuki masa primordia (awal tumbuh), dengancara pupuk tanpa tambahan air disemprotkan pada batang padi.